Posts Tagged ‘angkutan umum’

20140401_081514[1]

Singkat cerita, Jakarta akan melarang sepeda motor melintas di jalan-jalan protokolnya, yang akan dimulai ujicobanya Desember 2014. Tentu saja hal itu menimbulkan pro kontra. Saya tidak terlibat pro dan kontra itu, namun hanya menampilkan informasi dan data yang saya peroleh dari googling.

1. Jumlah sepeda motor yang melintasi Jakarta ada 8,7 juta setiap harinya : sumber

2. Jumlah rata-rata kecelakaan yang melibatkan pengguna sepeda motor tidak sampai 2 kali setiap harinya (0,00002% dari jumlah no.1)

3. Jumlah rata-rata pelanggaran lalu lintas oleh pengguna sepeda motor adalah 1.420 kali setiap hari (0,02% dari jumlah no. 1)

4. Jumlah kapasitas angkutan umum di Jakarta (tidak termasuk KRL) : sumber

Jenis Jumlah Kapasitas Daya angkut
Bus Besar         2.149               60          128.940
Bus Sedang         1.455               35            50.925
Angkot/minibus       14.049               11          154.539
Total daya angkut          334.404

5. Jumlah mobil penumpang (pribadi) di Jakarta sebesar 2,5 juta unit

6. Jika rata-rata penumpang kendaraan pribadi (mobil & motor) di Jakarta adalah 1,2 orang per unit, maka jumlah pengguna nya adalah sebagai berikut :

Jenis Jumlah unit Kapasitas rata-rata Jumlah penumpang
Sepeda Motor    8.700.000              1,2    10.440.000
Mobil Penumpang    2.541.351              1,2      3.049.621
Total jumlah penumpang    13.489.621

7. Jika saja 30% pengguna sepeda motor berpindah ke moda transportasi umum, maka ada lebih dari 3 juta penumpang baru. Jika asumsinya semua angkutan umum sudah penuh (maximum capacity) pada saat jam sibuk, maka diperlukan jumlah angkutan umum (non KRL) sepuluh kali lipat dari yang sekarang sudah ada.

anti biker

8. Jumlah sepeda motor adalah mayoritas (diatas 75%), namun ruas jalan yang boleh dilalui terbatas. Sepeda motor tidak boleh melewati ruas jalan tol, jalan layang non tol, jalur cepat, dan nantinya jalan-jalan protokol di Jakarta. Belum lagi tempat parkir yang tidak layak/dinomorduakan.

9. Tidak ada jalur khusus untuk sepeda motor. Adanya jalur lambat yang harus berbagi dengan kendaraan beroda empat, termasuk bis besar.

10. Jumlah sepeda motor naik dan jumlah angkutan umum turun. sumber

Singkat cerita, mayoritas sepertinya harus tertindas.

 

Ingin mencari rute angkutan umum di Jakarta secara interaktif?

klik situs ini :

Peta Angkutan Umum Jakarta

Lumayan untuk mengetahui trayek mulai dari KRL, busway, sampai angkot/mikrolet. Meski tidak semua tercakup namun cukup membantu.

Tampilannya adalah seperti ini :

peta transportumum

peta transportumum

Masih tentang kenaikan BBM subsidi. Buntut kenaikan BBM subsidi ini ternyata belum selesai dengan naiknya berbagai tarif angkutan (dan harga harga lain tentunya). Organda sebagai organisasi yang menaungi pengusaha angkutan darat ternyata mengancam mogok  dan anggotanya merealisasikannya dibeberapa daerah.

image

Kenapa sih pakai acara mogok? kan tinggal naikin aja tarifnya? Tadinya saya juga berpikir begitu. Namun setelah baca-baca media (terutama bukan media mainstream) akhirnya saya sedikit paham kalau masalahnya bukan cuma di naiknya tarif. Pertama, dengan menaikkan tarif, maka hanya akan ‘mengalihkan’ kenaikan harga BBM itu ke penumpang sebagai konsumen, artinya beban kenaikan itu ditanggung pengguna angkutan umum. Kedua, load factor angkutan umum sekarang rata-rata kurang dari 50%. Artinya cara ‘pengalihan kenaikan BBM kepada penumpang’ tadi juga maksimal terserap separuhnya, yang berdampak pada operasional pengusaha angkutan. Ketiga, akhirnya sejumlah penumpang yang merasa terbebani dengan tarif angkutan umum tersebut, bisa beralih ke moda yang yang paling ekonomis meski berisiko, yaitu sepeda motor pribadi.

Jadi dimana keberpihakan pemerintah kepada angkutan umum? Ign. Jonan, seperti dalam tulisan saya sebelumnya ketika belum jadi menhub lebih sering memakai pikirannya sendiri. Dan sekarang malah cuek dengan desakan organda itu dengan memakai pemikiran sebagai PT KAI yang mempunyai jalur sendiri (baca: monopoli) dan dulu didukung public service obligation dari pemerintah. #shameonyoujonan

Pemerintah mungkin sedang dan (katanya) akan mengupayakan angkutan umum yang lebih baik. Tapi pengusaha angkutan umum yang beroperasi saat ini juga sedang melayani (meskipun dianggap buruk pelayanannya) rakyat dalam bertransportasi. Bahwa menyelenggarakan transportasi itu sebenarnya tanggungjawab pemerintah lho. Pemerintah mewakilkan tanggung jawab itu ke pengusaha angkutan.

Jangan cuma BUMN dan BUMD transportasi saja yang diperhatikan. Kalau angkutan umum sampai punah, kami yang susah.

Hari Selasa 18 November 2014, ternyata sudah ada pengumuman kenaikan premium dari Rp 6.500 ke Rp 8.500 dan solar dari Rp 5.500 ke Rp 7.500. Saya beranikan diri naik angkot pagi-pagi. Ternyata keadaan masih normal-normal saja. Bahkan tarif belum dinaikkan. Mungkin karena pengumuman yang mendadak banyak yang belum tahu, atau formulasi tarif yang belum dirumuskan.

image

Sampai saya berpindah ke metromini juga belum ada kenaikan tarif. Jadi sepertinya para sopir masih mensubsidi penumpangnya 😂. Mungkin karena operasional pagi ini tangki bensinnya masih terisi stok harga lama.

Keadaan berubah ketika saya pulang senja hari. Semua angkutan yang saya tumpangi naik seribu rupiah. Biasanya waktu dulu ada SK walikota yang mengatur tarif, tapi sekarang seakan terabaikan (atau memang urusan walikota terlalu banyak yang lebih penting sehingga terlambat).

Dari pemerintah sih ada saya baca kisaran kenaikan antara 10% menurut hitungan kenaikan tarif angkutan umum oleh pemerintah.
Formulasi itu mungkin benar secara hitungan, tapi prakteknya hampir gak mungkin. Misalnya angkot saya Rp 5.000. Gak mungkin naik cuma Rp 500, cari uang cepek sekarang susah banget. Apalagi metromini sebelumnya Rp 3.000 masak jadi Rp 3.300? Maka saku kenek akan semakin bergemerincing oleh uang yang sudah tidak lagi diproduksi BI.

Akhirnya Organda mengancam mogok nasional. Lagi-lagi pemerintah malah menyindir dengan menganalogikan dengan PT KA.

image

Ya sudahlah… sebagai rakyat yang goblok saya mau apa… cuma setahu saya dalam keseimbangan, kalau ada yang naik harus ada yang turun, agar kehidupan bisa terus berjalan.

Ada kejadian tadi pagi waktu naik angkot yang mengganggu pikiran saya. Sebenarnya kejadiannya sederhana, ada seorang bapak tunanetra yang mencegat angkot di jalan TB Simatupang. Angkot saya menghampirinya dan sopir menyebutkan jurusannya. Dengan bersenjata tongkat bapak tersebut bisa masuk ke pintu angkot, dan berpesan ke sopir angkot agar diturunkan ke Yayasan Kanker. Kejadian tersebut tidak sampai 15 menit, namun membekas dalam benak saya.

IMG-20130215-01022

Selama ini saya sering ngobrol dengan teman-teman saya, yang mayoritas memakai kendaraan pribadi. Katanya yang paling praktis dan fleksibel adalah naik kendaraan pribadi. Terlebih bila memakai sepeda motor, anti macet dan murah meriah. Makanya pengendara motor jumlahnya makin menjamur.

Bicara mengenai sepeda motor, ingatan saya jadi menerawang kejadian yang lalu, saat saya masih sering naik bis. Saat itu ada ‘penumpang baru’, yang tidak biasanya naik bis itu duduk sebelah saya. Ternyata dia biasanya naik motor, namun karena kecelakaan motor, terpaksa dia naik bis karena masih cedera, tak bisa berkendara sementara waktu.

Jadi, apa yang berkecamuk dalam pikiran saya cuma satu. Meskipun punya dan mampu berkendara kendaraan pribadi, ada saat-saat dimana kita lemah. Saat kurang sehat, cacat, miskin, ataupun tua. Atau saat mental kita tidak memungkinkan berkendara. Mungkin belum terasa saat kita masih muda, sehat dan mampu.

Saat-saat kita lemah seperti itu, tidak semua mampu naik taksi, ojek ataupun menyewa sopir. Tidak mesti semua orang siap siaga membantu/mengantar kita dalam bepergian. Saya bayangkan diri saya sendiri, akhirnya juga kembali ke angkutan umum bila tetap harus bepergian.

Namun…. saya menerawang kembali mengenai fasilitas bagi orang-orang yang lemah di transportasi umum yang ada, khususnya di ibukota. Sepertinya tidak masuk akal berebut naik KRL, busway atapun bis kota dalam kondisi lemah. Tampaknya adalah suatu anomali bila ada orang diffabel atau orang yang lemah lainnya dalam transportasi massal di Jakarta, bahkan mungkin tidak terpikirkan bagi pembuat kebijakan transportasi di sini. Mungkin pilihan paling masuk akal adalah naik angkot yang lebih kecil dan lebih manusiawi, meskipun sangat tergantung perilaku individu sopirnya.

Saat kita lemah, namun tetap harus mencari nafkah, mau tidak mau kita harus menghadapinya. Setidaknya kejadian tadi pagi di jalan TB Simatupang membuktikan bahwa tunanetra pun bisa naik angkutan umum di Jakarta pada jam sibuk.

Metromini 72 menabrak motor di perempatan PIM

Sudah menjadi stigma negatif bahwa perilaku sopir-sopir angkutan umum cenderung seenaknya. Dari sekadar berhenti sembarangan, ngetem, sampai melanggar aturan lalu lintas yang cenderung membahayakan diri sendiri, penumpang, maupun pengendara lain. Seakan-akan sudah menjadi pembenaran akan bertindak ugal-ugalan, ‘maklum angkutan umum’. Belum lagi ditambah kondisi fisik angkutan umum tersebut yang tidak memenuhi persyaratan baik kelaikan jalan atau keamanan dan kenyamanan (namun anehnya selalu lolos uji KIR).

Berita-berita mengenai kebrutalan angkutan umum sudah sangat sering menghiasi media. Mungkin karena stigma negatif tersebut sudah terlanjur sehingga ‘mengamini’ pembenaran bahwa angkutan umum boleh seenaknya, atau karena jumlah angkutan umum sudah terlalu banyak, atau tidak ada ketegasan dari penegak hukum, menyebabkan seakan tidak ada kapoknya, terus saja terulang.

Akhirnya masyarakat cenderung bertindak main hakim sendiri, seperti menghajar sopir ugal-ugalan tersebut dan merusak kendaraannya.  Tapi ya itu tadi, seperti tidak ada kapoknya. Bagaimana bisa memberikan pemahaman mengenai safety dan menghargai orang lain, kalau keselamatan diri sendiri saja abai.

Sebenarnya pengemudi angkutan umum spesifikasinya harusnya lebih tinggi daripada pengemudi kendaraan non angkutan umum. Bagaimana tidak, ia bertanggung jawab terhadap banyak nyawa penumpangnya. Tapi kenyataannya? banyak yang mengemudikan kendaraan umum adalah sopir-sopir tembak, yang (maaf saja) mengenai intelegensi, etika dan kelayakan berkendara patut dipertanyakan. Aturan spesifikasi pengemudi mungkin hanya diatur di angkutan umum yang punya standar tinggi dan tersistem seperti angkutan udara, laut dan kereta api. Atau (mungkin juga) jaringan bis yang tersistem seperti busway.

Tapi bagaimana dengan moda angkutan seperti angkot, metromini, kopaja atau bis kota lainnya? Apa perlu pemerintah mengatur spesifikasi ijin mengemudi khusus untuk angkutan umum? kalau dibilang perlu ya perlu. Tanggung jawab besar, menyangkut nyawa banyak manusia, masak diisi preman-preman pengangguran. Maaf saja, kalau bahasa manajemennya,” tidak sesuai mutu dengan tanggung jawabnya”.

Tapi saya berpikir sekali lagi. Dengan spesifikasi yang lebih tinggi apakah sepadan dengan penghasilannya? apakah pengemudi sektor angkutan umum memang profesi yang menjanjikan secara materi?

Lho apa hubungannya?

Jelas ada hubungannya. Sekali lagi, dalam bahasa manajemen, sopir angkutan umum bukanlah “hot jobs“. Bahkan kalau mau ekstrim bisa dikatakan merupakan pekerjaan “daripada nganggur”. Maka itu, yang mengisi posisi tersebut juga bukanlah SDM pilihan (bahasa kasarnya, SDM asal-asalan). Meskipun sebenarnya manusia bisa dididik, namun didikan itu adalah dari sistem. Misalnya bisa saja SDM kurang berkualitas, namun ada SOP dan aturan yang membatasi geraknya, sehingga perilaku ugal-ugalan bisa diminimalkan.

Sekarang, dengan sistem kejar setoran, aturan lalu lintas yang tidak tegas, dan SDM yang tidak berkualitas, rasanya jauh dari harapan akan kesantunan pengemudi angkutan umum.

gambaran lalu lintas kota besar di Indonesia (desain CAK CUK)

Hidup di kota yang super semrawut lalu lintasnya seperti di Jakarta memang bikin stress. Makin lama makin sering kejadian yang tak lazim di jaman perang. Singgungan-singgungan yang kemudian meletup menjadi bentrokan kerap terjadi antar pengguna jalan. Masih untung kalau hanya sekadar pisuh-pisuhan (saling memaki) seperti gambar kaos Cak Cuk diatas. Hanya karena bersenggolan, seorang pengendara motor ditembak di bekasi, seperti berita di detik. Bahkan, Juni lalu, dengan polisi yang notabene adalah petugas penegak aturan pun  pengendara motor sempat adu jotos ketika kendaraannya bersenggolan. Memang ada yang di bawah pengaruh alkohol seperti kejadian di Tambun ini, namun umumnya memang kejadian seperti itu kelihatan sudah mulai membiasa.

salah satu pertengkaran antar pengendara di Palmerah (foto republka online)

Tidak perlu menjadi seorang psikolog untuk bisa mengatakan bahwa lalu lintas seperti di Jakarta itu membuat orang menjadi gampang stress. Jakarta adalah kota dengan pergerakan rata-rata lalu lintas paling lambat di Indonesia, yaitu sekitar 10 – 20 km/jam. Padahal Jakarta adalah kota yang tidak pernah tidur dan selalu tergesa-gesa berebut rejeki. Kondisi yang bertolak belakang ini membuat jalan-jalan di Jakarta seperti medan perang. Kalau dulu kecelakaan lalu lintas menjadi faktor pembunuh, sekarang pertengkaran antar pengguna jalan bisa membunuh juga, seperti kejadian-kejadian diatas. Bahkan sekarang jalanan sudah menjadi TKP favorit kejahatan seperti perampokan dan pembunuhan.

Pejabat-pejabat terkait sepertinya sudah mengamini bahwa penyebab kemacetan lalu lintas tersebut adalah tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi. Dengan semakin membengkaknya jumlah kendaraan di Jakarta, persinggungan semakin sering, dan tak semua orang berkepala dingin.  Pengendara akan berhadap-hadapan head to head dengan pengendara lain, sedangkan tren penggunaan kekerasan semakin meningkat, akhirnya dari sekadar bersenggolan bisa membuat seorang pencari nafkah tidak bisa pulang ke rumah menemui keluarganya, melainkan ke kuburan.

Mungkin kita berpikir, konyol betul… Namun lain saat amarah dan stress di jalan menemui sikon yang pas, membuat kekonyolan itu terealisasi dengan mudah.

Saya lalu berpikir untuk memitigasi kejadian konyol itu dengan memakai angkutan umum. Lho, kan angkutan umum juga sering  terlibat pertengkaran dengan pengendara lain? Memang. Tapi sebagai penumpang, kita tak akan berhadapan langsung head to head dengan pengendara ‘lawan’. Kan sopirnya yang terlibat, sedang kita kan pasif. Jadi pragmatis saja sih… kita kan bisa lepas tangan atau dalam posisi ‘netral’ dalam pertempuran konyol itu. Kita bisa meninggalkan pertempuran itu dan pindah angkutan (umum) lain tanpa merasa bersalah, paling membayar ongkosnya saja terlebih dahulu.

Masalahnya sekarang, angkutan umum juga menjadi sasaran kejahatan.

halah… nggak habis habis tulisan ini nantinya.

Seperti perang, siapa yang mengenal medan lebih baik, dia akan menang. Informasi yang sering dibutuhkan bagi pengguna angkutan umum adalah jalur yang dilalui angkutan umum, jadwal, dan apa moda yang dipilih. Sekarang Google map menyediakan fasilitas yang memudahkan pengguna angkutan umum.

Misalnya, kalo kita dari Slipi, kita bisa melihat apa saja angkutan (bis) yang melewati halte disana, sekaligus jadwalnya.

Halte di Slipi di Google Map

Coba klik saja halte (icon bertanda bis), dan muncul informasi seperti diatas. Jika kita klik lagi kode bis yang ada, maka akan muncul jadwalnya.

jadwal bis di Google Maps

Ok bukan? bukan….

Sekilas memang sangat membantu, tapi harap diingat, bahwa informasi diatas kurang valid. Banyak bis yang tidak tercantum dalam informasi tersebut, bahkan juga banyak bis ‘fiktif’, entah informasinya salah atau bis itu telah tidak lagi beroperasi. Belum lagi masalah jadwal, maupun halte yang ada. Sebab sangat susah untuk melakukan pemutakhiran dan validasi data  dalam kesemrawutan angkutan umum di Jakarta. Namun setidaknya usaha Google ini bisa membantu, namun di lapangan, kita yang harus aktif mencari tahu sendiri dengan banyak bertanya, kalau perlu crosscheck dengan banyak orang karena informasi juga sering salah.

Untuk halte busway, lebih valid karena sumbernya mengacu pada pengelola transjakarta, disamping transjakarta sendiri sudah tersistem. Namun untuk tampilan lebih bagus di program Aplikasi Android, Komutta, yang menampilkan track dan halte busway di google maps.

Upaya Komutta sudah mendekati informasi angkutan di Singapura.

informasi jalur dan track di publictrans.sg

Kapan ya… kita punya transportasi umum seperti negara jiran itu? Bukan sekadar informasi mengenai angkutan umum, namun penerapan sistem angkutan umumnya… wahhh… mimpi kali yeeee…

Apa sih yang membedakan bawa kendaraan sendiri dengan naik angkutan umum? bisa lirak-lirik kanan kiri. Jangan berpikir negatif dulu, karena lirak-lirik ini artinya memperhatikan suasana pinggir jalan.

Ini sih pendapat saya pribadi. Soalnya bila saya nyetir mobil atau motor, fokus perhatian adalah jalan dan lalu lintasnya, sehingga jarang bisa melihat pinggiran jalan, bila tidak macet.

Jadi seringkali di jalan yang sama, bila saya naik angkot atau bis, saya baru tahu misalnya ada toko X, atau warung Y, atau POI (point of interest) lain yang tidak saya perhatikan bila saya menyetir sendiri.

Bukan sekadar penglihatan visual saja, namun informasi tambahan lain bisa berasal dari sopir/kenek atau penumpang lain. Misalnya di daerah Pondok Labu, saya baru tahu di sebuah rumah yang ramai sekali, banyak ibu-ibu datang kesana, ternyata adalah tempat pijat bayi/anak-anak yang terkenal. Informasi tersebut dari penumpang yang turun disana.

Jadi, kalau naik angkutan umum, kita bisa bertanya, atau bahkan tanpa perlu bertanya, maka informasi bisa datang sendiri dari pihak yang berpengalaman di daerah itu. Bahkan POI di GPS Garmin saya yang mengandalkan peta Navnet dan peta City Navigator pun kalah lengkap. Namun pengalaman saya informasi yang lebih sahih adalah angkot, daripada bis. Mungkin karena jalur bis lebih panjang dan kompleks.

Memang sih, dalam beberapa keadaan saya tidak bisa lirak-lirik kanan-kiri. Misalnya saat di KRL atau bis yang penuh sesak (dan posisinya berdiri). Maka itu posisi saya favorit saya di angkot adalah di belakang sendiri (dekat kaca).

Lirak-lirik juga bisa ke pengguna jalan. Misalnya saya sering melihati helm orang-orang, kok bagus-bagus ya, nggak kayak helm saya yang seperti batok. Atau melihat aksesoris/modifikasi kendaraan-kendaraan yang lewat, lumayan buat ide.

Dalam beberapa keadaan, lirak-lirik tidak perlu ke jalan atau pinggir jalan, namun cukup dalam angkutan umum. Keadaan apa itu? Keadaan tersebut : kalau ada makhluk manis dalam bis/angkutan umum.

contoh pemandangan yang bisa dinikmati dalam angkutan umum

Musim hujan telah tiba. Artinya harus siap menghadapi guyuran air deras, angin dan pohon/baliho tumbang serta banjir. Kesemuanya tentu bisa berimbas pada kemacetan parah. Tapi musim hujan harus dihadapi dan ditembus agar bisa berangkat kerja dan pulang ke rumah. Bagi yang berkendaraan umum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, jadi seperti tips menghadapi hujan dalam angkutan umum :

1. Tempat menunggu angkutan

Tempat menunggu idealnya semacam halte atau stasiun dimana bisa berteduh dari guyuran air. Tapi apa daya kalo tidak tersedia, apalagi kadang halte sering penuh jadi tempat berteduh para biker. Terpaksa emperan toko atau rumah bisa dimanfaatkan sejenak. Ada yang perlu dihindari yaitu berteduh dibawah pohon. Selain berisiko tumbang bila kena angin kencang, risiko lain yang fatal adalah sambaran petir. Kalau perlu, datangi saja terminal terdekat agar bisa langsung menaiki angkutan.

2. Perlengkapan

Umumnya supaya praktis membawa payung lipat kecil yang bisa dimasukkan dalam tas. Ini berguna saat transit, berpindah angkutan dan saat menunggu bila tak ada tempat berteduh yang layak. Yang lebih bagus lagi bila membawa bungkus/sarung payungnya juga, sehingga kalo dilipat, airnya tidak membasahi penumpang lain karena bisa langsung dimasukkan tas. Kelemahan payung ini adalah ringkih, gampang rusak kena angin, sehingga gak bisa kalo dibuat naik ojek.

Alternatif lain adalah memakai jas hujan/jaket parasut, yang lebih handal, kalau perlu beserta celananya, jadi bisa dipakai naik ojek juga. Tapi penumpang lain bisa kebasahan.

3. Pahami karakter model angkutan

Tiap moda angkutan berbeda dalam menghadapi hujan. Contoh gampangnya kalo naik ojek ya risiko kebasahan jelas ada, namun fleksibel cari jalan dalam menembus macet. Untuk moda angkutan KRL tidak terpengaruh hujan dan jalurnya biasanya relatif tinggi, jadi lebih aman banjir, tapi kalo bicara angin jelas ada risiko di sistem LAA dan pantografnya. Angkot, selain risiko basah bagi penumpang di dekat pintu terbuka, karena rendah lebih berisiko kebanjiran daripada bis kota. Bis kota non AC, risiko kebasahan (terutama bagi yang bergelantungan) dan kalau ventilasi di atap bis rusak (gak bisa ditutup).

4. Lindungi barang yang mudah rusak

Kalau terpaksa hujan-hujanan, cari atau selalu sedia kantong plastik. Itu bukan hanya untuk muntah karena mabuk perjalanan, tapi tempat aman bagi barang-barang yang rentan rusak. Jadi kalo bawa Hape, laptop, buku, masukkan aja ke kantong plastik baru dimasukkan tas. Biar badan basah kuyup, yang penting harta kita aman. Kalau mau juga masukkan sepatu kedalam kantong plastik, dan bersandal jepit, biar penampilan tetap OK. Kalau mau juga sekalian baju dan celana/rok (eh, tapi masa cuma pake kolor dan kaos saja?).

5. Memahami daerah rawan banjir

Rajin mencari info. Contohnya dari BMKG mengenai potensi banjir di bulan November dan Desember 2011

potensi banjir DKI Nov 2011

potensi banjir DKI 2011

Dengan mengetahui potensi kebanjiran di suatu daerah, minimal kita siap bila terjebak banjir. Sebaiknya sih mengambil rute yang menghindari daerah banjir. Kecuali kantor kita atau rumah kita memang di daerah itu…

6. Fleksibel

Tingkat gangguan relatif tinggi di musim hujan ini. Contohnya kerusakan LAA di KRL, atau kemacetan akibat pohon/baliho tumbang atau banjir. Jangan ragu berganti angkutan. Keuntungan bagi yang berkendaraan umum begini adalah bila jalan depan terhadang banjir, kita bisa jalan terus, karena gak punya kendaraan yang wajib dijaga dan disayang-sayang. Saya pernah harus berjalan kaki menembus banjir agar bisa melanjutkan perjalanan, sementara mobil dan motor berhenti semua. Sampai diseberang banjir, lanjut lagi dengan angkot yang menunggu disana.

7. Jaga kesehatan

Tentu saja banyak yang sakit di musim hujan ini. Risikonya bagi yang naik angkutan umum adalah penularan penyakit sesama penumpang. Jadi jaga kesehatan, dan jangan lupa cuci tangan pakai sabun ketika sampai di rumah/kantor. Kalo perlu juga bawa masker atau pembersih antiseptik.

8. Persiapan dan bekal lebih banyak

Siapkan uang yang lebih banyak, untuk berpindah angkutan atau beli makanan/minuman di tengah kemacetan. Kalo perlu bawa bekal makanan/minum, mengingat waktu banjir besar pedagang makanan dan minuman kehabisan stok gara-gara diborong komuter yang terjebak banjir.