Bagi Jamaah Haji Indonesia, bicara angkutan umum di Jeddah, Mekkah dan Madinah tidak bisa lepas daripada Bus. Mulai dari Bandara, jamaah akan diantar dengan bus ke pemondokan. Bagi yang pemondokan jauh dari Masjid Al Haram, disediakan bus shalawat. Pada saat safari wukuf, dari pemondokan juga diantar bus tardudiyah. Perpindahan Mekkah – Madinah juga memakai armada Bus. Termasuk tour/ziarah kebanyakan juga dengan memakai bus.

20150916_163240Berikut saya bahas mengenai bus shalawat yang dipakai pada saat Haji 1436 H lalu :

Bus Shalawat ini pasti dikenal oleh jamaah haji Indonesia, terutama yang kebagian pemondokan yang relatif jauh dari Masjidil Haram. Bis dengan warna Merah / Hijau ini 24 jam mengantarkan jamaah pulang dan pergi ke Masjidil Haram. Rasio untuk bus shalawat ini adalah 1 bus : 500 orang. Sedikit? jangan khawatir, bus shalawat ini sistemnya shuttle/ulang alik. Meskipun begitu bisa dipastikan atau perebutan sengit pada saat sehabis Sholat Isya’ karena waktu pulang jamaah berbarengan. Dan jam 10 malam memang waktu pergantian shift driver-nya yang kebanyakan orang Sudan.
Bus Shalawat ini dibagi-bagi dalam beberapa rute. Kebanyakan mempunyai terminal di Syieb Amir/Syieb Ali, sebelah timur Masjid Haram. Selain Indonesia, Turki dan Iran juga menyewa bus shalawat ini untuk kepentingan jamaahnya. Bus dari tiap negara ditandai oleh stiker bendera yang ditempel di bus.
20150905_073530
Ada trik tersendiri jika bus rute kita dirasa terlalu jarang. Biasanya bus rute lain haltenya berdekatan. Maka tak ada salahnya naik bus rute lain dan berjalan sedikit ke pemondokan kita.

Seharusnya

20150908_082120.jpg

Enter a caption

ada pemberian pemahaman mengenai tata cara dan etika dalam naik bus umum, karena kebanyakan jamaah haji tidak mempunyai pengalaman naik bus kota. Banyak yang bergerombol di dekat pintu, tidak memberikan tempat duduk bagi yang sepuh, sampai ada yang merokok. Namanya bus umum, tentu saja berhadapan dengan kepentingan banyak orang.

 

Gak Cukup

Posted: 30 Januari 2016 in angkutan umum

wpid-20141118_070255.jpgBagi yang biasa naik angkot, mestinya sudah kenal dengan istilah 4 – 6. Ya, kapasitas bangku angkot dirancang untuk diisi 4 orang di sebelah kiri dan 6 orang disebelah kanan. Di depan sebelah sopir diisi 1 orang. Standarnya total 11 penumpang yang bisa diangkut. Dalam prakteknya, selain kursi depan diisi 2 orang, kadang ditambah bangku ‘amatir’ kapasitas 2 orang di dekat pintu yang berguna untuk menyusahkan orang naik-turun. Jadi maksimal bisa mengangkut 14 orang. Itu tak termasuk 2 penumpang yang bisa bergelantung di pintu.

Tapi sekarang saya merasakan konfigurasi standar itu sudah goyah akhir-akhir ini.  Isian 4-6 orang di bangku sering tidak muat. Saya mulai menuduh penyebabnya adalah karena kemakmuran sudah meningkat di negara kita sehingga ukuran pantat penumpang mekar.

Kalo tuduhan saya tadi bener, artinya jenis angkot yang biasanya Suzuki Carry, Daihatsu Espass atau Toyota Kijang yang biasanya dipakai sudah tidak memadai penumpang yang semakin makmur. Memang sekarang banyak yang memakai Daihatsu Granmax atau Suzuki APV sebagai angkot. Dimensinya memangg lebih lebar. Tapi sepanjang saya naik, masalahnya bukan di lebar, tapi panjang. Sehingga problema bangku 4 – 6 ya tetap saja timbul.

Untunglah sekarang ada jenis kendaraan yang sudah mulai dipakai angkot, yaitu Tata Super Ace. Kendaraan ini tidak lebih lebar, tapi jauh lebih panjang, sehingga daya angkut lebih banyak.

Angkot Tata Super Ace_Perspective View

foto dari : http://membelipengalaman.blogspot.co.id/2015/04/angkot-india-tata-super-ace-yang-unik.html

 

Yah… semoga pengusaha angkot juga mensurvei ukuran pantat rata-rata penumpang sekarang yang seperti tuduhan saya tadi; lebih lebar daripada dekade sebelumnya. Sehingga tidak memaksakan tanpa update kondisi terkini seperti kasus bangku 4 – 6 pada angkot-angkot sebelumnya.

2015 in review

Posted: 31 Desember 2015 in Tak Berkategori

Asisten statistik WordPress.com menyiapkan laporan tahunan 2015 untuk blog ini.

Berikut ini kutipannya:

Museum Louvre dikunjungi 8,5 juta orang setiap tahun. Blog ini telah dilihat sekitar 180.000 kali di 2015. Jika itu adalah pameran di Museum Louvre, dibutuhkan sekitar 8 hari bagi orang sebanyak itu untuk melihatnya.

Klik di sini untuk melihat laporan lengkap.

Bogor karena letaknya yang dekat dengan Jakarta sering menjadi tujuan wisata maupun tujuan lain. Pergi kesana pun mudah dan murah, misalnya dengan KRL. Namun, setelah turun dari KRL, ratusan angkot dengan warna hijau kadang membikin pusing. Mau kemana kita? Jangan khawatir, sekarang sudah ada panduannya via web. Cukup kunjungi situs http://angkotkotabogor.big.go.id/, maka kita akan lebih mudah untuk bepergian di Bogor dengan angkot.

peta angkot Bogor

Namun situs ini ketika saya coba via smartphone sangat berat, karena kayaknya tidak ada versi mobilenya. Jadi sebelum bepergian ke Bogor naik angkot dibuka dulu saja via komputer.

Demikian, jika penasaran langsung saja ke situs http://angkotkotabogor.big.go.id/ dan baca petunjuknya.

Mungkin karena saya jarang naik transjakarta, saya tidak begitu memperhatikan rambu dan larangan  di dalam bis transjakarta. Namun sepinya penumpang di hari kamis 9 April lalu membuat saya leluasa mengamati interior bis. Ada satu rambu/tanda larangan yang menarik perhatian saya :

image

Lha… apa maksudnya ini… sepertinya ini dimaksudkan sebagai larangan untuk melakulan pelecehan seksual, karena rasanya tidak mungkin kalo ada larangan memakai rok pendek di negara ini.

Tapi… kenapa kok jadi ada rambu seperti itu? Bukankah pelecehan seksual sendiri adalah masalah pidana?

Larangan di bis transjakarta ini harusnya adalah larangan yang bersifat khusus, seperti makan/minum, membawa piaraan dll, yang dibolehkan di tempat lain. Lha kalo masalah pidana ya gak perlu dibuat lagi larangannya. Masak perlu dibuat juga larangan mencopet, secara sama-sama kejadian yang sangat mungkin terjadi di bis.

image

Ini nanti malah menimbulkan inspirasi. Lagipula tendensius sekali gambarnya mendiskreditkan salah satu gender. Yang paling saya takutkan malah memberikan pelajaran yang salah bagi pengguna bis transjakarta, bahwa pelecehan seksual hanya masalah normatif seperti rambu larangan lain yang tertempel sejajar.

Bener-bener gak bener.

image

Setelah kenaikan BBM ‘bersubsidi” di tahun 2014 yang diiringi kenaikan tarif angkutan umum (dan tentu saja harga-harga lainnya), tahun 2015 ini disambut dengan turunnya harga BBM ‘bersubsidi’. Mungkin bagi pengguna kendaraan pribadi ada pengaruhnya dalam penurunan biaya bertransportasi, namun bagi pengguna angkutan umum, jawabannya jelas : tidak ada sama sekali.

Nyatanya dilapangan tarif-tarif angkutan umum tidak bisa turun. Beberapa pakar dan pejabat yang pintar ternyata menghitung dengan persentase kenaikan tarif… misalnya 10%, 20% atau 30%. Dalam prakteknya kenaikan tarif (terutama angkutan umum dikota besar) tidak memakai nilai persentase namun memakai nilai rupiah absolut. Kasarannya begini, berkat kenaikan BBM ‘bersubsidi’ akhir tahun 2014 telah mengatrol tarif sebesar Rp 1.000, baik untuk angkot yang semula Rp 4.000 atau Rp 5.000 menjadi Rp 5.000 dan Rp 6.000. Kopaja dan Metromini yang semula Rp 3.000 menjadi Rp 4.000. Tidak ada dasar persentase yang dipakai disini.

Sekarang dengan turunnya harga BBM ‘bersubsidi’, tarif tidak juga diturunkan sebagian. Alasannya yang utama dari para sopir tentu saja karena harga barang (kebutuhan pokok) yang lain juga tidak turun. Tapi saya kira ada alasan lain, yaitu kepraktisan bertansaksi.

Saya kira semestinya tarif angkutan itu turun, karena BBM jelas sebagai biaya operasional itu turun harganya. Tapi pertanyaan yang paling penting adalah : “berapa rupiah yang harus turun?”

Kalo hitung-hitungan pakar BBM ‘bersubsidi’ ini turun sekitar 10%. Dengan asumsi fuel factor 30% maka angkutan umum harusnya menurunkan tarifnya sekitar 3% – 4%. Waw… bagaimana menerapkan, misalnya tarif angkot Rp 5.000 x 5%? Turun Rp 150? Apakah masih ada uang beredar Rp 50? Bahkan Rp 100 dan Rp 500 saja sudah jarang digunakan dalam transaksi uang secara fisik. Bila misalnya dipukul rata turun Rp 500 juga tidak fair bagi para sopirnya.

Lha terus… akhirnya beban harus dipikul pengguna angkutan umum.

Sampai saya berpikir kenapa begitu buruknya nasib pengguna angkutan umum di Indonesia. Sampai di perkantoran pun karyawan pengguna angkutan umum harus gigit jari dengan karyawan pengguna kendaraan pribadi. Biasanya perusahaan pun masih memberikan fasilitas pembayaran parkir gedung. Padahal gajinya sama.

Tiket Bus Online

Posted: 27 November 2014 in angkutan umum
Tag:, , , ,

image

Meskipun sangat jarang, ternyata sekarang sudah ada pemesanan tiket bus dengan cara online seperti KA dan pesawat.

Berikut daftar situs pemesanan tiket Bus online :

1. Kramatdjati Bandung : khusus bus Kramatdjati Bandung

2. Easybook : khusus bus Menggala, Nusantara, Zentrum

3. Bejeu : Khusus Bus Bejeu

 

Sementara ini dulu.

20140401_081514[1]

Singkat cerita, Jakarta akan melarang sepeda motor melintas di jalan-jalan protokolnya, yang akan dimulai ujicobanya Desember 2014. Tentu saja hal itu menimbulkan pro kontra. Saya tidak terlibat pro dan kontra itu, namun hanya menampilkan informasi dan data yang saya peroleh dari googling.

1. Jumlah sepeda motor yang melintasi Jakarta ada 8,7 juta setiap harinya : sumber

2. Jumlah rata-rata kecelakaan yang melibatkan pengguna sepeda motor tidak sampai 2 kali setiap harinya (0,00002% dari jumlah no.1)

3. Jumlah rata-rata pelanggaran lalu lintas oleh pengguna sepeda motor adalah 1.420 kali setiap hari (0,02% dari jumlah no. 1)

4. Jumlah kapasitas angkutan umum di Jakarta (tidak termasuk KRL) : sumber

Jenis Jumlah Kapasitas Daya angkut
Bus Besar         2.149               60          128.940
Bus Sedang         1.455               35            50.925
Angkot/minibus       14.049               11          154.539
Total daya angkut          334.404

5. Jumlah mobil penumpang (pribadi) di Jakarta sebesar 2,5 juta unit

6. Jika rata-rata penumpang kendaraan pribadi (mobil & motor) di Jakarta adalah 1,2 orang per unit, maka jumlah pengguna nya adalah sebagai berikut :

Jenis Jumlah unit Kapasitas rata-rata Jumlah penumpang
Sepeda Motor    8.700.000              1,2    10.440.000
Mobil Penumpang    2.541.351              1,2      3.049.621
Total jumlah penumpang    13.489.621

7. Jika saja 30% pengguna sepeda motor berpindah ke moda transportasi umum, maka ada lebih dari 3 juta penumpang baru. Jika asumsinya semua angkutan umum sudah penuh (maximum capacity) pada saat jam sibuk, maka diperlukan jumlah angkutan umum (non KRL) sepuluh kali lipat dari yang sekarang sudah ada.

anti biker

8. Jumlah sepeda motor adalah mayoritas (diatas 75%), namun ruas jalan yang boleh dilalui terbatas. Sepeda motor tidak boleh melewati ruas jalan tol, jalan layang non tol, jalur cepat, dan nantinya jalan-jalan protokol di Jakarta. Belum lagi tempat parkir yang tidak layak/dinomorduakan.

9. Tidak ada jalur khusus untuk sepeda motor. Adanya jalur lambat yang harus berbagi dengan kendaraan beroda empat, termasuk bis besar.

10. Jumlah sepeda motor naik dan jumlah angkutan umum turun. sumber

Singkat cerita, mayoritas sepertinya harus tertindas.

 

Ingin mencari rute angkutan umum di Jakarta secara interaktif?

klik situs ini :

Peta Angkutan Umum Jakarta

Lumayan untuk mengetahui trayek mulai dari KRL, busway, sampai angkot/mikrolet. Meski tidak semua tercakup namun cukup membantu.

Tampilannya adalah seperti ini :

peta transportumum

peta transportumum

Masih tentang kenaikan BBM subsidi. Buntut kenaikan BBM subsidi ini ternyata belum selesai dengan naiknya berbagai tarif angkutan (dan harga harga lain tentunya). Organda sebagai organisasi yang menaungi pengusaha angkutan darat ternyata mengancam mogok  dan anggotanya merealisasikannya dibeberapa daerah.

image

Kenapa sih pakai acara mogok? kan tinggal naikin aja tarifnya? Tadinya saya juga berpikir begitu. Namun setelah baca-baca media (terutama bukan media mainstream) akhirnya saya sedikit paham kalau masalahnya bukan cuma di naiknya tarif. Pertama, dengan menaikkan tarif, maka hanya akan ‘mengalihkan’ kenaikan harga BBM itu ke penumpang sebagai konsumen, artinya beban kenaikan itu ditanggung pengguna angkutan umum. Kedua, load factor angkutan umum sekarang rata-rata kurang dari 50%. Artinya cara ‘pengalihan kenaikan BBM kepada penumpang’ tadi juga maksimal terserap separuhnya, yang berdampak pada operasional pengusaha angkutan. Ketiga, akhirnya sejumlah penumpang yang merasa terbebani dengan tarif angkutan umum tersebut, bisa beralih ke moda yang yang paling ekonomis meski berisiko, yaitu sepeda motor pribadi.

Jadi dimana keberpihakan pemerintah kepada angkutan umum? Ign. Jonan, seperti dalam tulisan saya sebelumnya ketika belum jadi menhub lebih sering memakai pikirannya sendiri. Dan sekarang malah cuek dengan desakan organda itu dengan memakai pemikiran sebagai PT KAI yang mempunyai jalur sendiri (baca: monopoli) dan dulu didukung public service obligation dari pemerintah. #shameonyoujonan

Pemerintah mungkin sedang dan (katanya) akan mengupayakan angkutan umum yang lebih baik. Tapi pengusaha angkutan umum yang beroperasi saat ini juga sedang melayani (meskipun dianggap buruk pelayanannya) rakyat dalam bertransportasi. Bahwa menyelenggarakan transportasi itu sebenarnya tanggungjawab pemerintah lho. Pemerintah mewakilkan tanggung jawab itu ke pengusaha angkutan.

Jangan cuma BUMN dan BUMD transportasi saja yang diperhatikan. Kalau angkutan umum sampai punah, kami yang susah.